Kraksaan, masjidagungar-raudhahkraksaan.org – Suasana sore di serambi Masjid Agung Ar-Raudlah, Kraksaan, terasa lebih khidmat dari biasanya. Pada hari ke-13 Ramadhan 1446 H, Kamis (13/3/2025), ratusan jamaah berkumpul untuk mengikuti pengajian menjelang berbuka puasa. Pengajian ini menghadirkan Ustadz M. Zainal Abidin, M.Pd., seorang Penyuluh Agama KUA Kecamatan Kraksaan yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Ribath Al Maliki Kraksaan serta Wakil Katib Syuriah MWC NU Kraksaan.
Dalam tausiyahnya, Ustadz Zainal Abidin menekankan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan istimewa bagi umat Nabi Muhammad SAW. Ia menjelaskan bahwa umat-umat terdahulu tidak mendapatkan anugerah Ramadhan sebagaimana yang diterima oleh umat Islam saat ini. “Bulan ini adalah bulan khusus untuk kita, umat Nabi Muhammad. Bulan yang penuh berkah dan pengampunan,” ujarnya.
Salah satu keistimewaan Ramadhan, lanjutnya, adalah karena Al-Qur’an diturunkan pada bulan ini. Firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 185 menyebutkan:
شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًۭى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍۢ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang benar dan yang batil).” (QS. Al-Baqarah: 185)
Oleh karena itu, Ramadhan harus diisi dengan berbagai amalan sholeh, termasuk membaca dan mengamalkan Al-Qur’an.
“Puasa Ramadhan juga menjadi wasilah (perantara) diampuninya dosa-dosa kita di masa silam. Dengan berpuasa dan beramal sholeh, dosa-dosa yang telah lalu bisa dihapuskan,” tambahnya. Ia kemudian mengutip sebuah hadits Nabi SAW yang menyatakan:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap ridha Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari & Muslim)
Dalam kesempatan tersebut, Ustadz Zainal Abidin mengutip pemikiran Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin mengenai tiga tingkatan puasa. Ia menjelaskan bahwa puasa tidak hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga memiliki tingkatan spiritual yang lebih dalam.
“Tingkatan pertama disebut Shoumul ‘Umum, yaitu puasanya orang awam. Mereka hanya berusaha menahan makan, minum, dan hubungan suami istri agar tidak membatalkan puasanya,” jelasnya. Menurutnya, kebanyakan umat Islam berada dalam kategori ini, di mana puasa hanya dipahami sebatas menahan fisik dari hal-hal yang membatalkan.
Tingkatan kedua, lanjutnya, disebut Shoumul Khusus, yaitu puasanya orang-orang khusus. “Golongan ini tidak hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menjaga pendengaran, penglihatan, lisan, serta seluruh anggota tubuh dari perbuatan dosa dan maksiat,” ungkapnya. Mereka berusaha agar puasanya lebih bermakna dengan menjauhkan diri dari hal-hal yang bisa merusak nilai ibadah.
Sedangkan tingkatan tertinggi, Shoumul Khususil Khusus, adalah puasanya orang-orang yang sangat khusus. “Mereka ini sudah melampaui dua tingkatan sebelumnya. Hati mereka benar-benar bersih dari segala urusan duniawi dan hanya fokus kepada Allah SWT,” tuturnya. Golongan ini menjadikan puasa sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh kecintaan dan penghambaan yang tulus.
Dalam pengajian tersebut, Ustadz Zainal Abidin juga mengingatkan jamaah bahwa puasa bukan sekadar menahan diri dari lapar dan haus, tetapi juga melatih jiwa dan hati untuk tetap taat menjalankan perintah-Nya serta meninggalkan segala bentuk larangan. “Mari kita berusaha menjalani puasa dengan tingkatan yang paling baik, bukan hanya sebatas menahan lapar dan haus, tetapi juga menjaga hati dan pikiran agar selalu dalam ketaatan kepada Allah SWT,” pesannya.
Pengajian ini berlangsung dengan suasana yang penuh ketenangan. Para jamaah tampak antusias dan khusyuk menyimak setiap penjelasan yang disampaikan. Sebagian dari mereka mencatat poin-poin penting yang disampaikan oleh Ustadz Zainal Abidin sebagai bekal dalam menjalani sisa Ramadhan dengan lebih baik.
Menjelang waktu berbuka, acara ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh Ustadz Zainal Abidin. Dalam doanya, beliau memohon agar Allah SWT memberikan keberkahan di bulan Ramadhan, mengampuni dosa-dosa yang telah lalu, serta menjadikan jamaah sebagai hamba yang lebih dekat kepada-Nya.
Ketika adzan Maghrib berkumandang, jamaah kemudian membatalkan puasanya dengan aneka takjil yang telah disediakan oleh panitia. Setelah itu, mereka melaksanakan shalat Maghrib berjamaah sebelum melanjutkan dengan hidangan berbuka puasa.
Dengan adanya pengajian ini, diharapkan masyarakat semakin memahami makna puasa yang sesungguhnya dan berusaha meningkatkan kualitas ibadahnya di bulan Ramadhan. Semoga pengajian-pengajian serupa terus diadakan agar semakin banyak umat Islam yang mendapatkan ilmu dan motivasi dalam menjalankan ibadah puasa dengan lebih baik.
Penulis: Alfin Maulana Haz