Kiai Moh. Sofwan Huzaimi: Puasa Bukan Sekadar Menahan Lapar dan Haus

Kraksaan,masjidagungar-raudhahkrkasaan.org– Takmir Masjid Agung Ar-Raudlah Kraksaan kembali menggelar pengajian menjelang berbuka pada hari ke-12 Ramadhan 1446 H, Rabu (12/3/2025). Bertempat di serambi Masjid Agung Ar-Raudlah, pengajian kali ini menghadirkan Wakil Katib Syuriah PCNU Kota Kraksaan, Kiai Moh. Sofwan Huzaimi, sebagai penceramah utama dengan tema “Mencintai Ramadhan: Mengisi Hati dengan Keberkahan dan Kepatuhan.”

Acara dimulai pada pukul 16.30 WIB dengan pembacaan surah Yasiin dan tahlil, diikuti oleh para jamaah yang terdiri dari pengurus masjid, tokoh masyarakat, santri, serta warga yang ingin mendapatkan ilmu dan keberkahan Ramadhan. Serambi masjid yang luas dipenuhi jamaah yang antusias menyimak tausiyah sore itu.

Dalam awal ceramahnya, Kiai Moh. Sofwan Huzaimi menjelaskan tentang sejarah puasa dalam Islam. Beliau menegaskan bahwa kewajiban puasa dalam Islam bukanlah hasil adopsi dari ajaran agama-agama terdahulu, melainkan wahyu langsung dari Allah yang kemudian disampaikan dalam Al-Qur’an:

يَا أَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183).

Beliau menjelaskan bahwa dalam ayat ini, puasa bukan sekadar ibadah, tetapi merupakan undangan khusus bagi orang-orang yang beriman. Mereka yang benar-benar memahami esensi keimanan akan menjadikan puasa sebagai jalan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah.

Lebih lanjut, Kiai Sofwan menjelaskan perbedaan antara shoum dan shiyam. Dalam bahasa Arab, shoum berarti diam atau tidak melakukan apa-apa, sementara shiyam memiliki makna yang lebih luas, yaitu menahan diri dengan syarat dan ketentuan tertentu. Oleh karena itu, puasa bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari hal-hal yang dapat merusak keimanan dan ibadah seseorang.

“Puasa itu bukan hanya soal tidak makan dan tidak minum, tetapi juga soal bagaimana kita menjaga lisan, menjaga hati, dan menjaga diri dari segala hal yang dapat merusak pahala puasa. Ini yang membedakan puasa dalam Islam dengan bentuk pantangan yang ada di agama lain,” jelas beliau.

Beliau juga menegaskan bahwa puasa adalah perisai bagi orang-orang yang beriman. Rasulullah ﷺ bersabda:

الصِّيَامُ جُنَّةٌ

“Puasa adalah perisai.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Menurut Kiai Sofwan, makna perisai dalam hadis ini menunjukkan bahwa puasa dapat menjadi pelindung dari segala hal yang dapat merusak keimanan seseorang. Dengan berpuasa, seorang Muslim diajarkan untuk mengendalikan hawa nafsu, menghindari perbuatan maksiat, serta meningkatkan kualitas ibadahnya.

Pengajian menjelang berbuka ini akan terus berlanjut selama bulan Ramadhan dengan menghadirkan berbagai ulama dan tokoh agama. Diharapkan, acara ini menjadi sarana bagi masyarakat untuk semakin mencintai bulan suci Ramadhan dan menjadikannya sebagai momentum untuk meningkatkan kualitas ibadah dan ketakwaan kepada Allah.

Penulis: Alfin Maulana Haz

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *