Kraksaan, masjidagungar-raudhahkraksaan.org – Masjid Agung Ar-Raudlah Kraksaan kembali menggelar pengajian menjelang berbuka puasa di hari ke-15 Ramadan. Pada kesempatan ini, pengajian menghadirkan Kepala Bidang Kajian Strategis Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Probolinggo, Budi Utomo, S.Sos., M.M., sebagai penceramah dengan tema Bela Negara.
Dalam pemaparannya, Budi Utomo menjelaskan bahwa bela negara adalah kesadaran dan tindakan warga negara dalam menjaga kedaulatan dan kelangsungan hidup bangsa. “Bela negara lahir dari rasa cinta kita terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,” ujarnya di hadapan jamaah yang hadir.
Beliau menekankan bahwa negara layaknya makhluk hidup yang membutuhkan perlindungan agar tetap berdiri tegak. “Kenapa negara harus dibela? Karena jika kita tidak menjaga dan merawatnya, maka bisa saja negara ini runtuh, baik oleh ancaman dari luar maupun dari dalam,” jelasnya.
Budi Utomo juga mengingatkan bahwa kewajiban bela negara bukan hanya tugas aparat keamanan, tetapi merupakan kewajiban seluruh rakyat Indonesia sebagaimana diatur dalam Pasal 27 ayat (3) UUD 1945. “Siapa yang wajib membela negara? Jawabannya adalah kita semua, setiap warga negara Indonesia tanpa kecuali,” tegasnya.
Dalam penjelasannya, beliau memaparkan dua konsep bela negara, yaitu secara langsung (aktif) dan tidak langsung (tidak aktif). Bela negara secara langsung dilakukan dengan mengangkat senjata, seperti yang dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sementara itu, bela negara secara tidak langsung dapat dilakukan melalui berbagai cara sederhana, seperti mengikuti kegiatan siskamling, menghadiri upacara ketika diundang, serta aktif dalam kegiatan sosial dan kerja bakti.
Lebih lanjut, Budi Utomo menjelaskan beberapa bentuk bela negara. Pertama, bela negara secara langsung, yaitu upaya mempertahankan kedaulatan negara dengan berpartisipasi aktif dalam pertahanan negara, baik sebagai anggota TNI maupun melalui berbagai kontribusi nyata dalam pembangunan nasional.
Kedua, bela negara secara tidak langsung, yaitu segala upaya yang bertujuan meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara. “Ini bisa dilakukan dengan menanamkan kecintaan kepada tanah air, menjaga persatuan, serta berkontribusi sesuai dengan profesi dan kemampuan masing-masing,” jelasnya.
Dalam konteks sehari-hari, bela negara tak perlu jauh-jauh ke Papua. “Cukup dengan mengikuti kerja bakti, menghadiri undangan upacara, serta ikut serta dalam kegiatan yang mendukung ketahanan dan persatuan bangsa,” katanya.
Beliau juga memaparkan lima unsur utama dalam bela negara. Pertama, cinta tanah air. “Jika kita tidak mencintai negeri ini, maka akan mudah bagi kita untuk meninggalkannya dan mengabaikan permasalahan yang ada,” ujarnya.
Kedua, kesadaran berbangsa dan bernegara. “Kita harus menyadari bahwa Indonesia adalah negara besar dengan keberagaman budaya, suku, dan agama. Kesadaran ini akan membantu kita menjaga persatuan,” katanya.
Ketiga, keyakinan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara. “Pancasila adalah dasar negara yang harus kita pegang teguh. Jangan sampai ada ideologi lain yang menggantikannya,” tegasnya.
Keempat, sikap rela berkorban untuk bangsa dan negara. “Bela negara menuntut kita untuk siap berkorban, baik dalam bentuk tenaga, pikiran, maupun harta, demi kepentingan bersama,” paparnya.
Kelima, memiliki kemampuan awal bela negara. “Minimal kita harus memahami bagaimana cara menjaga keamanan lingkungan, bagaimana bersikap ketika ada ancaman, dan bagaimana berkontribusi bagi negara sesuai dengan kapasitas kita,” jelasnya.
Menjelang waktu berbuka, Budi Utomo menutup ceramahnya dengan ajakan kepada seluruh jamaah untuk terus meningkatkan rasa nasionalisme dan menjaga persatuan bangsa. “Jika kita ingin Indonesia tetap berdiri kokoh, maka kita semua harus mengambil peran. Jangan hanya menunggu pemerintah bergerak, tetapi kita sendiri juga harus berbuat sesuatu,” pesannya.
Pengajian menjelang berbuka ini pun diakhiri dengan doa bersama untuk keselamatan bangsa dan negara. Setelah itu, para jamaah menikmati hidangan takjil yang telah disediakan oleh panitia, sembari mendiskusikan materi yang baru saja disampaikan.
Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya Masjid Agung Ar-Raudlah dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan di tengah masyarakat, khususnya di bulan Ramadan. Dengan semangat bela negara, diharapkan umat Islam semakin sadar akan pentingnya menjaga dan berkontribusi bagi tanah air tercinta.
Penulis: Alfin Maulana Haz