Kraksaan, masjidagungar-raudhahkraksaan.org – Memasuki hari ke-24 bulan Ramadhan 1446 H, Senin (24/3/2025) Masjid Agung Ar-Raudlah Kraksaan kembali menggelar pengajian menjelang berbuka puasa di serambi masjid yang berlokasi di Jalan Rengganis Nomor 1, Kraksaan. Pengajian kali ini menghadirkan Wakil Ketua Umum Takmir Masjid Agung Ar-Raudlah, KH Ahmad Haidori, M.Pd.I, yang menyampaikan tausiyah dengan tema Memperbaiki Hubungan Sesama Muslim di Bulan Ramadhan.
Dalam ceramahnya, KH Ahmad Haidori mengingatkan bahwa manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk individu, segala perilaku dan tindakan merupakan tanggung jawab pribadi masing-masing. Namun, sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia selalu membutuhkan interaksi dan kerja sama dengan sesama untuk memenuhi kebutuhannya dan menjalani kehidupan dengan lebih baik.
Beliau menjelaskan bahwa ada dua kriteria utama sebagai makhluk sosial. Pertama, manusia tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, sehingga memerlukan pertolongan dari orang lain. Kebutuhan hidup, baik materi maupun non-materi, hanya dapat terpenuhi dengan adanya hubungan sosial yang baik. Kedua, manusia harus mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Dalam kehidupan, seseorang sering berpindah tempat atau bertemu dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda. Oleh karena itu, kemampuan beradaptasi menjadi hal yang sangat penting agar tetap bisa hidup harmonis dengan lingkungan sekitarnya.
KH Ahmad Haidori menukil firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13:
يٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَـٰكُم مِّن ذَكَرٍۢ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَـٰكُمْ شُعُوبًۭا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌۭ
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal (لِتَعَارَفُوٓا۟). Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Dari ayat ini, beliau menjelaskan bahwa perbedaan bangsa dan suku bukanlah sesuatu yang harus dipertentangkan atau dijadikan ajang untuk saling berbangga diri. Keutamaan seseorang di sisi Allah bukanlah karena nasab, kekayaan, atau status sosial, melainkan tingkat ketakwaannya. Oleh karena itu, dalam kehidupan sosial, umat Islam harus menjunjung tinggi nilai persaudaraan, saling mengenal, dan menghormati satu sama lain agar tercipta keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.
Lebih lanjut, KH Ahmad Haidori membahas konsep trilogi ukhuwah yang dikembangkan oleh KH Ahmad Siddiq, Rais Aam PBNU ke-5. Beliau menjelaskan bahwa ada tiga aspek utama dalam menjaga persaudaraan. Pertama, ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan sesama umat Islam. Persaudaraan ini menjadi dasar dalam membangun hubungan antar sesama Muslim dengan saling membantu dan menghindari permusuhan. Kedua, ukhuwah Wathaniyah atau persaudaraan dalam konteks kebangsaan. Persaudaraan ini menuntut setiap individu untuk menjaga persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bernegara, tanpa membedakan latar belakang agama, suku, atau golongan. Ketiga, ukhuwah Basyariyah atau ukhuwah Insaniyah, yang merupakan persaudaraan antar sesama manusia. Islam mengajarkan agar manusia saling menghormati dan menghargai, meskipun berbeda agama dan keyakinan.
Selain itu, KH Ahmad Haidori juga menyebutkan konsep trilogi kerukunan umat beragama yang diperkenalkan oleh Kementerian Agama pada era Menteri Agama Alamsyah Ratu Perwiranegara. Konsep ini menekankan pentingnya tiga bentuk kerukunan dalam kehidupan beragama. Pertama, kerukunan intern umat beragama, yang mengajarkan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan di antara pemeluk agama yang sama agar tidak terjadi perpecahan. Kedua, kerukunan antar umat beragama, yang menekankan pentingnya menjaga hubungan harmonis antara pemeluk agama yang berbeda agar tercipta kedamaian dalam masyarakat. Ketiga, kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah, yang mengajak seluruh masyarakat beragama untuk bekerja sama dengan pemerintah dalam menjaga stabilitas dan kesejahteraan bersama.
Di akhir ceramahnya, KH Ahmad Haidori mengajak seluruh jamaah untuk menjadikan bulan Ramadhan sebagai momentum memperbaiki hubungan sosial dan memperkuat ukhuwah di tengah masyarakat. Beliau menegaskan bahwa Ramadhan bukan hanya tentang ibadah individu seperti puasa dan shalat, tetapi juga tentang bagaimana memperbaiki hubungan dengan sesama manusia. Dengan saling mengenal, memahami, dan menghormati satu sama lain, maka kehidupan akan menjadi lebih damai dan penuh keberkahan.
Pengajian ini berlangsung dengan penuh kekhidmatan dan diakhiri dengan doa bersama menjelang waktu berbuka puasa. Para jamaah yang hadir tampak antusias mengikuti tausiyah, mencerminkan semangat kebersamaan yang semakin kuat di bulan yang penuh berkah ini.
Penulis: Alfin Maulana Haz