Kraksaan, masjidagungar-raudhahkraksaan.org – Pengajian Menjelang Berbuka hari ke-8 di Masjid Agung Ar-Raudlah Kraksaan pada Sabtu (8/3/2025) menghadirkan Wakil Ketua 5 Takmir Masjid Agung Ar-Raudlah, Drs. H. Mohammad Sahudi, M.Pd. Dalam ceramahnya, beliau mengangkat tema “Puasa, Menahan Diri Berkomentar Negatif di Media Sosial”. Tema ini relevan dengan kondisi saat ini, di mana dunia digital sering kali menjadi tempat penyebaran ujaran kebencian, fitnah, dan perpecahan.
Dalam paparannya, H. Sahudi menegaskan bahwa inti dari puasa adalah pengendalian diri. Kata “puasa” sendiri berarti menahan diri, bukan hanya dari makan dan minum, tetapi juga dari segala hal yang dapat merusak amal ibadah. Allah SWT menghendaki agar umat Islam mampu mengendalikan hawa nafsu, termasuk dalam bersikap dan berbicara, baik secara langsung maupun di dunia maya.
“Letak kelemahan manusia adalah mudah tergoda dan ditipu oleh iblis. Jika seseorang tidak mampu mengendalikan dirinya, maka puasanya hanya akan menjadi ritual kosong. Yang ia dapatkan hanyalah lapar dan dahaga, sementara pahala dan keberkahannya hilang,” ujarnya.
H. Sahudi menyoroti fenomena maraknya komentar negatif, hoaks, dan ujaran kebencian di media sosial. Banyak orang dengan mudah menyebarkan kebohongan, mencaci, atau menggunjing tanpa memikirkan dampaknya. Ia mengingatkan bahwa perilaku semacam itu dapat menghapus pahala puasa.
“Saat ini, media sosial menjadi tempat di mana banyak orang gagal menjaga lisan dan jari-jarinya. Mereka dengan mudahnya berbohong, memfitnah, mencaci, bahkan tanpa sadar memecah belah umat. Ini bertentangan dengan nilai-nilai puasa yang seharusnya mendidik kita untuk lebih sabar dan menjaga diri,” tegasnya.
Beliau kemudian menyebutkan lima hal yang dapat menggerogoti pahala puasa, yaitu:
- Berbohong/Dusta – menyebarkan informasi palsu, termasuk melalui media sosial.
- Ghibah/Menggunjing – membicarakan keburukan orang lain, baik secara langsung maupun di ruang digital.
- Namimah/Adu Domba – menyebarkan berita atau komentar yang memicu permusuhan.
- Sumpah Palsu – bersaksi atau memberikan informasi yang tidak benar.
- Memandang dengan Syahwat – melihat sesuatu yang haram dan memancing hawa nafsu.
Menurut H. Sahudi, lima hal ini sangat sering terjadi di media sosial. Banyak orang yang tidak sadar bahwa sekadar mengetik komentar atau membagikan informasi tanpa verifikasi dapat menjadi dosa besar yang menghapus pahala puasa.
Ia pun mengajak jamaah untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan media sosial, terutama selama bulan Ramadan. Puasa bukan hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menjaga lisan dan perilaku. Jika seseorang tidak mampu mengendalikan emosinya saat berinteraksi di dunia maya, maka puasanya menjadi sia-sia.
“Mari kita gunakan bulan Ramadan ini untuk melatih diri agar lebih sabar dan bijak dalam berkomentar. Jika tidak ada kebaikan dalam kata-kata kita, lebih baik diam. Jangan sampai jari kita menjadi saksi yang membebani kita di hari kiamat,” pesannya.
Pengajian ini ditutup dengan doa bersama, diikuti oleh para jamaah yang hadir dengan penuh khidmat. Sebelum azan Maghrib berkumandang, takmir masjid juga mengingatkan agar momentum Ramadan ini digunakan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kualitas ibadah, termasuk dalam menjaga perilaku di dunia nyata maupun dunia digital.
Penulis: Alfin Maulana Haz