Kraksaan, masjidagungar-raudhahkraksaan.org – Suasana khusyuk dan penuh berkah menyelimuti serambi Masjid Agung Ar-Raudlah Kraksaan pada Selasa (18/3/2025) sore. Jamaah dari berbagai penjuru berkumpul untuk mengikuti Pengajian Menjelang Berbuka Puasa hari ke-18 Ramadhan 1446 H. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Ramadhan yang menghadirkan Wakil Ketua Takmir Masjid Agung Ar-Raudlah, Ustadz H. Moh. Syafi’i Zain, S.Ag, sebagai penceramah dengan tema “Ramadhan Bulan Al-Qur’an”.
Dalam ceramahnya, Ustadz Syafi’i Zain menekankan bahwa bulan Ramadhan memiliki keterkaitan erat dengan Al-Qur’an, karena pada bulan inilah kitab suci tersebut diturunkan. Ia mengutip firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 185:
شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًۭى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍۢ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ ۚ
“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia serta penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)…” (QS. Al-Baqarah: 185).
Dari ayat ini, Ustadz Syafi’i menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah pedoman hidup bagi manusia, yang membimbing mereka menuju jalan yang benar. Oleh karena itu, ia mengajak umat Islam untuk semakin mendekatkan diri kepada Al-Qur’an dengan membacanya, memahami maknanya, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
“Secara bahasa, Al-Qur’an berasal dari kata qoro’a-yaqra’u-qur’anan wa qiroatan, yang berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca. Sedangkan secara istilah, Al-Qur’an adalah Kalamullah, firman Allah yang diturunkan kepada Baginda Rasulullah SAW sebagai mukjizat. Membacanya bukan sekadar aktivitas lisan, tetapi juga ibadah yang bernilai pahala besar,” jelasnya.
Ramadhan: Waktu Terbaik untuk Meningkatkan Interaksi dengan Al-Qur’an
Dalam kesempatan itu, Ustadz Syafi’i juga mengingatkan bahwa Ramadhan adalah momen terbaik untuk membangun kebiasaan berinteraksi dengan Al-Qur’an. Menurutnya, banyak umat Islam yang hanya membaca Al-Qur’an tanpa berusaha memahami maknanya. “Jangan hanya berhenti pada membaca. Mari kita tingkatkan ke level berikutnya, yaitu mentadabburi dan mengamalkan isinya dalam kehidupan sehari-hari,” pesannya.
Selain itu, ia menjelaskan bahwa Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW yang tetap relevan sepanjang zaman. “Mukjizat Al-Qur’an tidak hanya berlaku pada masa Nabi, tetapi tetap menjadi petunjuk bagi umat manusia hingga akhir zaman,” paparnya.
Namun, Ustadz Syafi’i juga menyoroti kebiasaan sebagian orang yang kurang memperhatikan Al-Qur’an di luar bulan Ramadhan. Oleh karena itu, ia mengajak para jamaah untuk menjadikan Ramadhan sebagai titik awal perubahan dalam membaca dan memahami Al-Qur’an. “Jangan sampai setelah Ramadhan, kita kembali lalai dan meninggalkannya,” ujarnya.
Menjelang akhir ceramah, ia menegaskan bahwa membaca Al-Qur’an di bulan Ramadhan memiliki pahala yang berlipat ganda. “Setiap huruf yang kita baca akan dibalas dengan sepuluh kebaikan, dan di bulan Ramadhan, pahala itu dilipatgandakan. Maka, jangan sia-siakan kesempatan emas ini untuk mendulang pahala sebanyak mungkin,” ajaknya.
Setelah tausiah, jamaah berbuka bersama dengan takjil yang telah disiapkan panitia. Kebersamaan dan suasana kekhusyukan yang tercipta di serambi Masjid Agung Ar-Raudlah menjadi bukti bahwa Ramadhan adalah bulan penuh berkah, di mana umat Islam semakin mendekatkan diri kepada Allah dengan meningkatkan ibadah dan kecintaan terhadap Al-Qur’an.
Penulis: Alfin Maulana Haz